Juli 10, 2025

2puertorico : Pengembang Ini Bangun Proyek Apartemen

Para pengembang apartemen terus menunjukkan komitmennya

Bisnis Apartemen Tahun 2022 di Ujung Tanduk, Ini Buktinya

Tahun 2022 menjadi masa yang sulit bagi industri properti, khususnya sektor apartemen. Setelah sempat digadang-gadang sebagai instrumen investasi menjanjikan, bisnis apartemen justru menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Banyak pengembang dan pemilik properti harus menghadapi realitas pahit: unit-unit kosong, penjualan yang lesu, hingga penurunan harga sewa.

Penurunan Minat Konsumen

Salah satu indikasi kuat bahwa bisnis apartemen tengah berada di ujung tanduk adalah menurunnya minat jepang slot konsumen untuk membeli maupun menyewa unit. Gaya hidup pasca pandemi COVID-19 turut memengaruhi preferensi hunian. Banyak orang kini lebih memilih tinggal di rumah tapak yang memiliki ruang terbuka, sirkulasi udara lebih baik, dan dianggap lebih aman dari potensi penularan penyakit.

Selain itu, tren kerja dari rumah (work from home) juga membuat kebutuhan akan tinggal di pusat kota, dekat dengan perkantoran, menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan permintaan apartemen, khususnya di kawasan pusat bisnis (CBD), ikut melemah.

Lonjakan Unit Kosong

Data dari berbagai pengembang memperlihatkan peningkatan signifikan pada jumlah unit apartemen yang tidak terisi. Bahkan, di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, tingkat kekosongan apartemen mencapai lebih dari 60%. Banyak tower tampak berdiri megah, namun unitnya tidak berpenghuni.

Kondisi ini tentu merugikan pemilik maupun investor yang mengandalkan pendapatan sewa. Pengembalian investasi pun menjadi jauh lebih lambat dari proyeksi awal.

Harga Jual Stagnan, Diskon Merajalela

Sebagai dampak dari lesunya permintaan, harga jual apartemen sepanjang 2022 cenderung stagnan bahkan menurun di beberapa proyek. Para pengembang terpaksa menawarkan diskon besar-besaran, skema cicilan ringan, hingga bonus interior demi menarik minat pembeli.

Sayangnya, strategi ini belum banyak membantu. Konsumen masih berhati-hati dan cenderung menunda pembelian, mengingat ketidakpastian ekonomi dan pilihan alternatif hunian yang lebih fleksibel dan terjangkau.

Persaingan dengan Sewa Harian dan Co-living

Faktor lain yang turut menekan bisnis apartemen adalah maraknya layanan sewa harian dan konsep co-living. Platform seperti Airbnb dan operator hunian bersama menawarkan fleksibilitas, harga kompetitif, dan kenyamanan yang tidak selalu bisa diberikan oleh apartemen konvensional.

Tahun 2022 menjadi titik kritis bagi bisnis apartemen di Indonesia. Kombinasi antara perubahan gaya hidup, penurunan daya beli, hingga kompetisi dari model hunian alternatif membuat sektor ini harus berbenah dan berinovasi. Jika tidak, bukan tidak mungkin bisnis apartemen akan terus merosot dan kehilangan daya tariknya di masa mendatang.

Baca JugaThe Aspen Residence: Apartemen Modern Nyaman di Tengah Jakarta Selatan

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.